Tugas Kelompok
SIMBOL UKIRAN
RUMAH MELAYU
Di ajukan untuk memenuhi tugas
mata kuliah
ISLAM DAN TAMADUN MELAYU
Dosen
Pengampu : H.MULYADI, S.Ag., M.Si
![]() |
Di susun oleh :
KELOMPOK
VI
FERIZ AIZAR
SITI AISYAH
ZAKIAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA
ISLAM (STAI)
AULIAURRASYIDIN
TEMBILAHAN

KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan kehadirat Allah atas curahan rahmat dan karunia-Nya, sholawat dan
salam semoga tetap terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta
keluarga. Amin
Adapun makalah SIMBOL UKIRAN DALAM RUMAH MELAYU ini bertujuan untuk memenuhi tugas
mata kuliah ISLAM DAN TAMADUN MELAYU.
Makalah kami ini berisi tentang pengawasan dalam pendidikan yang akan dibahas pada tiap-tiap halamannya.
Kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada dosen pengampu
selaku pembimbing ISLAM DAN TAMADUN MELAYU
serta semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini.
Semoga amal kebaikan diterima Allah SWT dan
mendapatkan imbalan dari Nya. Dalam penyusunan makalah ini penyusun menyadari
masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penyusun mengharap kritik dan saran
untuk perbaikan dimasa mendatang.
Tembilahan,
26 April
2013
Penulis
KELOMPOK
VI
DAFTAR
ISI
Kata
Pengantar..................................... i
Daftar
Isi........................................ ii
BAB
I PENDAHULUAN.................................. 1
A. Latar
Belakang........................... 1
B. Rumusan
Masalah.......................... 1
C. Tujuan................................... 1
BAB
II PEMBAHASAN.................................. 2
A. Ukiran Rumah Melayu...................... 2
B. Bentuk dasar ukiran Rumah Melayu......... 4
C. Faktor yang Mempengaruhi Dinamika Kebudayaan
......................................... 6
BAB
III PENUTUP................................... 12
A. Kesimpulan.............................. 12
B. Saran................................... 12
Daftar
Pustaka
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Setiap
suku bangsa memiliki kebudayaan sendiri-sendiri begitupun halnya dengan suku
Melayu. Dalam kebudayaan Melayu juga
mengenal yang
nemanya ukiran, apalagi ukiran yang terdapat dalam rumah-rumah adatnya. Bangsa
Melayu dikenal sebagai bangsa yang memiliki kebudayaan yang halus. Hal itu
terbukti dari setiap ukiran yang ada di dalam rumah tersebut mengandung makna
tersendiri bagi orang Melayu.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa ukiran dalam rumah suku Melayu?
2.
Bagaimana bentuk dasar ukiran rumah suku Melayu?
3.
Bagaimana makna ukiran dalam rumah Melayu?
C. Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui ukiran dari dari rumah melayu.
2.
Untuk mengetahui bentuk dasar ukiran rumah suku Melayu.
3.
Untuk mengetahui bagaimana makna ukiran rumah suku Melayu.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Ukiran Rumah Melayu
Seni ukir Melayu merupakan ungkapan
dinamika kehiduupan masyarakatnya. Berbagai motif ditampilkan dalam bentuk
garis-garis lengkung. Ukiran Melayu Riau tampil sebagai kombinasi
lingkaran-lingkaran elastis, tidak terputus, dengan garis lengkung yang dinamis
dan indah. Inspirasi flora disimbolkan dalam gammbar akar-akar yang menjalar
dan bunga-bunga yang sedang mekar.
Ciri khas ukiran Melayu Riau tampak pada
penempatan motif dalam komposisi bidang yang memanjang, yang segera terlihat
pada ukiran-ukiran timbul maupun benam.
Garis-garis lemas yang serasi ditampilkan
garis-garis patah, sebagaimana yang membedakannya dengan ukiran Jawa dan Bali.
Garis-garis lemas ini digambarkan sebagai sayap-sayap gemulai, oleh sebab itu
ukiran Melayu Riau lebih menampilkan
gambar burung, serangga atau kupu-kupu.
Pengaruh India dan Cina baru terlihat bila
tampilan motif memakai gambar-gambar ular atau ular naga. Dan pengaruh Arab
tergambar dari hewan-hewan air khususnya ikan dengan sisik yang melengkung
memberi kesan tulisan Arab. Pengaruh Barat juga terlihat dalam tarikan
garis-garis lengkung daun-daunan. Motif floa yang dominan dalam karya seni ukir
Riau menunjukkan cerminan jiwa masyarakat Melayu daerah ini.
Simbol flora dalam variasi-variasi gemulai
konon mencerminkan kelembutan dan ungkapan perasaan indah lainnya. Terungkap
pula rasa kebebasan, kelembutan dan jauh dari sikap kasar. Akhirnya akan sampai
pada kekaguman-kekaguman kepada Tuhan, Sang Pencipta.[1]
B.
Bentuk Dasar Ukiran
Seni ukir Riau yang disebut juga “ukiran
Melayu” memiliki jenis dan bentuk dasar. Semuanya dianggap sebagai induk ukiran
Melayu yang penuh variasi. Motif flora ada 10 jenis dengan nama-nama ukiran
seperti: Bunga-bungaan, Awan Larat, Akar Paku, Pucuk Rebung, Kuntum Takjadi,
Selembayung, Umban, Gombak, Berlenggek, Tekuk Bersusun dan Tanggam Bersanggit.
Kelompok motif fauna ada enam macam dan
diberi nama: Itik Sekawan, Siku Keluang, Naga-nagaan, Sayap Layang-layang,
Lebah Bargantung dan Burung-burungan. Dari kedua motif di atas, ada lagi empat
jenis ukiran bernama: bintang-bintang, Wajik, Kisi-kisi Liriks dan
langit-langit.
C.
Makna Ukiran
1.
Itik Sekawan (Itik Pulang Petang)

Corak Motif ini menggambarkan
tingkah laku hewan Itik yang selalu berjalan beriringan ketika petang hari akan
pulang ke kandang. Tingkah laku berjalan beriringan serasi, bersahabat, kompak,
bersama-sama, menjadi contoh bagi manusia akan arti kehidupan.
2.
Pucuk
Rebung

Corak Pucuk Rebung adalah sejenis
cora dan motif hias sebagai lambang kehidupan.
Pucuk Rebung muncul dalam gulungan wayang kulit dikenal sebagai pohon hayatyang melambangkan semangat kehidupan alam dan manusia.
Pucuk Rebung muncul dalam gulungan wayang kulit dikenal sebagai pohon hayatyang melambangkan semangat kehidupan alam dan manusia.
3. Akar paku

Corak
Motif ini merupakan gambaran pohon/tetumbuhan pakis/paku yang berkeluk-keluk,
tak hanya diperuntukkan bagi kerajinan tekat maupun tenunan dan sejenisnya.
Motif Kaluk Pakis/Paku lazim pula dipakai untuk ukiran bangunan dan ukiran
benda-benda lainnya. Semua corak motif melayu disepadukan dengan cermat
sehingga kelihatan serasi dan saling mengisi.
4.
Lebah Bergayut
Corak Motif Lebah ini ditempatkan pada bagian atas bidang
ukir/tekat/tenun/songket. Motif Lebah Bergayut mencerminkan tentang rumah lebah
madu yang biasanya menggantung di dahan pohon. Hal ini mengingat bumi Melayu
Riau dahulunya sangat kaya akan pepohonan besar yang sebagian dijadikan tempat
menggantungkan rumah lebah.[2]
5.
Selembayung
Selembayung
adalah hiasan yang terletak bersilang pada kedua ujung perabung bangunan belah
bubung dan rumah lontik. Pada bagian bawah adakalanya diberi pula hiasan
tambahan seperti tombak terhunus, menyambung kedua ujung perabung
(tombak-tombak) Selembayung memiliki beberapa makna, antara lain :
a. Tajuk Rumah : selembayung membangitkan seri
dan cahaya rumah.
b. Pekasih Rumah : lambang keserasian
dalam kehidupan rumah tangga.
c. Pasak Atap : lambang sikap hidup
yang tahu diri.
d. Tangga Dewa : lambang tempat turun
para dewa yang membawa keselamatan manusia
e. Rumah Beradat : tanda bahwa bangunan
itu adalah tempat kediaman orang berbangsa balai atau kediaman orang
patut-patut.
f. Tuah Rumah : lambang bahwa bangunan
itu mendatangkan tuah kepada pemiliknya.
g. Lambang Keperkasaan dan Wibawa :
selembayung yang dilengkapi dengan tombak-tombak melambangkan keturunan dalam
rumah tangga,sekaligus sebagai lambang keperkasaan dan wibawa pemliknya.
h. Lambang Kasih Sayang : motif ukiran
selembayung (daun-daun dan bunga) melambangkan perwujudan, tahu adat dan tahu
diri, berlanjutnya
keturunan serta serasi dalam keluarga.
6. Sayap Layang-layang

Hiasan ini
terdapat pada keempat sudut cucuran atap. Bentuknya hampir sama dengan
selembayung. Setiap bangunan yang berselmbayung haruslah memakai sayap layangan
sebagai padanannya. Letak sayap layang-layang pada empat sudut cucuran atap
merupakan lambang sari empat pintu hakiki, yaitu pintu rizki, pintu hati, pintu
budi, dan pintu Illahi. Sayap layang-layang juga merupakan lambang kebebasan,
yaitu kebebasan yang tahu batas dan tahu diri.[3]
7. Bunga-bungaan

8. Gombak

9. Liriks

10. Awan larat[4]

BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Corak
dasar Melayu Riau umumnya bersumber dari alam, yakni terdiri atas flora, fauna,
dan benda-benda angkasa. Benda-benda itulah yang direka-reka dalam
bentuk-bentuk tertentu. Yang mana setiap corak memiliki yang makna tersendiri.
B.
Saran
Sebagai
penerus dari kebudayaan nenek moyang kita hendaknya kita dapat menjaga atau
bahkan melestarikan budaya yang telah kita miliki agar tidak punah ditelan oleh
masa.
DAFTAR PUSTAKA
Warisan Riau. 2001
Tidak ada komentar:
Posting Komentar