Kamis, 02 Mei 2013



Tugas Kelompok 

DINAMIKA KEBUDAYAAN

Di ajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
SOSISOLOGI DAN ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

Dosen Pengampu  : INDRA SABARIANTO, S.Pd.I., MA





 



                                   
Di susun oleh :
KELOMPOK III
FERIZ AIZAR
KUSUMANINGSIH
SITI AISYAH
TITI SUMANTI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
AULIAURRASYIDIN
TEMBILAHAN

2013


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah atas curahan rahmat dan karunia-Nya, sholawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga. Amin
     Adapun makalah Sosiologi dan Antropologi pendidikan ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi dan Antropologi pendidikan. Makalah kami ini berisi tentang pengawasan dalam pendidikan  yang akan dibahas pada tiap-tiap halamannya.
     Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pengampu selaku pembimbing Sosiologi dan Antropologi pendidikan serta semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini.
     Semoga amal kebaikan diterima Allah SWT dan mendapatkan imbalan dari Nya. Dalam penyusunan makalah ini penyusun menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penyusun mengharap kritik dan saran untuk perbaikan dimasa mendatang.


Tembilahan, 20 April 2013
Penulis


KELOMPOK III





DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................... i
Daftar Isi........................................ ii
BAB I PENDAHULUAN.................................. 1
A. Latar Belakang........................... 1
B. Rumusan Masalah.......................... 1
C. Tujuan................................... 1
BAB II PEMBAHASAN.................................. 2
A. Pengertian Dinamika Kebudayaan........... 2
B. Konsep Dinamika Kebudayaan............... 4
C. Faktor yang Mempengaruhi Dinamika Kebudayaan
......................................... 6
BAB III PENUTUP................................... 12
A. Kesimpulan.............................. 12
B. Saran................................... 12
Daftar Pustaka


BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
Semua kebudayaan pada suatu waktu pasti berubah karena bermacam-macam sebab, salah satu sebabnya adalah perubahan lingkungan yang dapat menuntut perubahan kebudayaan yang bersifat adaptif. Kemampuan berubah merupakan sifat penting dalam kebudayaan manusia. Tanpa perubahan, kebudayaan tidak dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang senantiasa berubah.
B.  Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari dinamika kebudayaan?
2. bagaimana konsep dinamika kebudayaan?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi dinamika kebudayaan?
C.  Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari dinamika kebudayaan.
2. Untuk mengetahui konsep dinamika kebudayaan.
3. Untuk  faktor terjadinya dinamika kebudayaan .
BAB II
PEMBAHASAN
DINAMIKA KEBUDAYAAN
A. Pengertian Dinamika Kebudayaan
Dinamika adalah sesuatu yang mengandung arti tenaga kekuatan, selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri secara memadai terhadap keadaan, mengikuti pengaruh dan keadaan di sekitarnya. Sedangkan dinamika dalam kebudayaan adalah segala hal yang mampu mempengaruhi keadaan budaya itu sendiri untuk bergerak, berubah dan selalu berkembang yang bermaksud untuk menyesuaikan diri dengan waktu dan lingkungan masyarakat di mana budaya tersebut berada agar selalu bisa berfungsi dan digunakan sebagaimana mestinya di tengah-tengah masyarakat.[1]
Dalam jangka waktu tertentu, semua kebudayaan mengalami perubahan. Leslie White (1969) mengemukakan bahwa kebudayaan merupakan fenomena yang selalu berubah sesuai dengan lingkungan alam sekitarnya dan keperluan suatu komunitas pendukungnya. Sependapat dengan itu Haviland (1993 : 251) menyebut bahwa salah satu penyebab mengapa kebudayaan berubah adalah lingkungan yang dapat menuntut kebudayaan yang bersifat adaptif. Dalam konteks ini perubahan lingkungan yang dimaksud bisa menyangkut lingkungan alam maupun sosial. Berkaitan dengan perubahan kebudayaan, Kingsley Davis berpendapat bahwa perubahan-perubahan sosial dalam masyarakat merupakan bagian dari perubahan kebudayaan (Poerwanto, 2000 : 142).[2]
Dinamika kebudayaan identik dengan perubahan unsur- unsur kebudayaan universal, yang apabila ditinjau dalam kenyataan kehidupan suatu masyarakat, tidak semua unsur mengalami perkembangan yang sama. Ada unsur kebudayaan yang mengalami perubahan secara cepat, ada pula yang lambat, bahkan sulit berubah. Untuk memudahkan pengertian mengenai tingkat kesulitan perubahan unsur-unsur kebudayaan, Koentjaraningrat (2003 : 81) menguraikan 7 (tujuh) unsur kebudayaan universal yang diasumsikan memiliki tingkat perubahan dari yang paling mudah sampai yang paling sulit yaitu:
1) Sistem peralatan hidup dan teknologi
2) Sistem mata pencaharian hidup
3)  Organisasi social
4) Kesenian
5) Sistem pengetahuan
6)      Bahasa
7)      Sistem religi[3]

B.      Konsep-Konsep Dinamika Kebudayaan
Menurut Koentjaraningrat  semua konsep yang kita perlukan untuk menganalisa proses-proses pergeseran masyarakat dan kebudayaan disebut sebagai dinamika social. Beberapa konsep tersebut antara lain sebagai berikut.
1. .Proses belajar kebudayaan sendiri, yang terdiri dari internalisasi, sosialisasi, dan enkulturasi;
2. Evolusi kebudayaan dan difusi;
3. Proses pengenalan unsur-unsur kebudayaan asing, yang meliputi akulturasi dan asimilasi;
4. Proses pembauran atau inovasi atau penemuan baru.

Proses Belajar Kebudayaan Sendiri
a. Proses Internalisasi
Menurut Koentjaraningrat (1996: 142-143) proses internalisasi adalah proses yang berlangsung sepanjang hidup individu, yaitu mulai dari ia dilahirkan sampai akhir hayatnya.
b. Proses Sosialisasi
Talcott Parson (dalam Koentjaraningrat, 1996: 143-145) menggambarkan proses mengenai kebudayaan sebagai bagian dari proses sosialisasi individu.[4] Semua pola tindakan individu-individu yang menempati berbagai kedudukan dalam msyarakatnya yang dijumpai sesorang dalam kehidupannya sehari-hari semenjak ia dilahirkan, dicerna olehnya sehingga individu tersebut pun akan menjadikan pola-pola tindakan tersebut sebagai bagian dari kepribadiannya.
c.  Proses Enkulturasi
Menurut Koentjaraningrat proses enkulturasi adalah proses belajar dan menyesuaikan alam pikiran serta sikap terhadap adapt, sistem norma, dan semua peraturan yang terdapat dalam kebudayaan seseorang. Proses ini telah dimulai sejak awal kehidupan, yaitu dalam lingkungan keluarga, dan kemudian dalam lingkungan yang semakin lama semakin meluas.
C. faktor Yang Mempengaruhi Dinamika Kebudayaan
1.  Evolusi Kebudayaan dan Difusi
a. Evolusi Kebudayaan
Evolusi kebudayaan menurut Koentjaraningrat  adalah proses perkembangan kebudayaan umat manusia mulai dari bentuk-bentuk kebudayaan yang sederhana sampai yang semakin lama semakin kompleks, yang dilanjutkan dengan proses difusi, yaitu penebaran kebudayaan-kebudayaan yang terjadi bersamaan perpindahan bangsa-bangsa di muka bumi ini.
b. Difusi kebudayaan
Difusi menurut Haviland difusi adalah penyebaran adapt atau kebiasaan dari kebudayaan yang satu ke kebudayaan yang lain.
2.   Proses Pengenalan Unsur-Unsur Kebudayaan Asing
a. Akulturasi
Menurut Koentjaraningrat adalah istilah mengenai proses sosial yang timbul apabila sekelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan kepada unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing sehingga unsur-unsur asing tersebut lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan tersebut. Unsur kebudayaan tidak pernah didifusikan secara terpisah, melainkan senantiasa dalam suatu gabungan atau kompleks yang terpadu.
G.M. Foster yang dikutip oleh Koentjaraningrat meringkas proses akulturasi yang biasanya terjadi bila suatu kebudayaan terkena kebudayaan asing bahwa :
1) Hampir semua proses akulturasi mulai dari golongan atasan yang biasanya tinggal di kota, lalu menyebar ke golongan-golongan yang lebih rendah di daerah pedesaan.
2) Perubahan dalam sektor ekonomi hampi seluruh menyebabkan perubahan yang penting dalam asas-asas kehidupam kekerabatan.
3) Penanaman tanaman untuk ekspor dan perkembangan ekonomi uang merusak pola gotong royong tradisional, dan karena itu berkembanglah sistem pengerahan tenaga kerja yang baru.
4) Perkembangan sistem ekonomi utang juga menyebabkan perubahan dalam kebiasaan-kebiasaan makan dengan segala akibat dengan aspek gizi, ekonomi, maupun sosialnya.
5) Proses akulturasi yang berkembang cepat menyebabkan berbagai pergeseran sosial yang tidak seragam dalam semua semua unsur dan sektor masyarakat, sehingga terjadi keretakan masyarakat.
6) Gerakan-gerakan nasionalisme juga dapat dianggap sebagai salah satu tahap dalam proses akulturasi.[5]







b. Asimilasi
Asimilasi menurut Koentjaraningrat adalah suatu proses sosial yang terjadi pada berbagai golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda setelah mereka bergaul secara insentif, sehingga sifat khas dari unsur-unsur kebudayaan golongan-golongan itu masing-masing berubah menjadi unsur-unsur kebudayaan campuran.
Biasanya suatu asimilasi terjadi antara suatu golongan mayoritas dengan golongan minoritas. Dalam proses ini, biasanya golongan minoritas yang berubah dan menyesuaikan diri dengan golongan mayoritas, sehingga sifat-sifat khas dari kebudayaan lambat laun berubah dan menyatu dengan kebudayaan golongan mayoritas.
3.  Proses  Inovasi atau Penemuan Baru
Inovasi adalah suatu proses pembauran dari penggunaan sumber-sumber alam, energi, dan modal serta penataan kembali dari tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru, sehingga terbentuk suatu sistem produksi baru dari produk-produk baru. Dengan demikian, inovasi adalah pembauran unsur teknologi dan ekonomi dari kebudayaan. Selanjutnya dikatakan Koentjaraningrat, bahwa suatu proses inovasi tentu berkaitan dengan penemuan baru dalam teknologi yang biasanya merupakan suatu proses sosial yang bertahap dari discovery (penemuan dari suatu unsur kebudayaan yang baru, baik suatu alat atau gagasan baru dari seorang atau sejumlah individu) menuju invention. Discovery baru dapat menjadi invention apabila suatu penemuan baru telah diakui, diterima, dan diterapkan oleh suatu masyarakat.
4. Modernisasi & Benturan Budaya Lokal
Perubahan untuk menjadi modern telah dilegitimasi oleh pemerintah dan budaya yang mengikuti telah diterima oleh masyarakat. Barat menjadi tolak ukur negara dunia ketiga. Budaya barat yang mengiringi modernisasi tidak terbendung lagi persebarannya. Globalisasi ber­peran penting dalam penye­ba­ranya. Perkembangan tekno­logi membawa perubahan dunia tanpa batas. Penemuan telepon, media televisi dan internet membawa perubahan yang luar biasa, membuat orang “bertemu” tanpa susah payah bertatap muka. Globalisasi menghubungkan manusia di seluruh dunia, bukan hanya pada lingkup ekonomi, tetapi juga dalam segala hal. Komunikasi dan transportasi telah menghubungkan manusia di mana pun ia berada. Globa­lisasi membawa perubahan dunia tanpa sekat. penyingkiran batas-batas terotirial antar suatu bangsa dengan bangsa yang lain, antara tanah air satu dengan tanah air yang lain, antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain disebabkan perkem­ba­ngan pesat teknologi komu­ni­kasi, transformasi, dan informasi. Dunia tanpa sekat menye­bab­kan budaya barat menjadi dominan karena semua teknologi bersumber dari barat. Dominasi budaya barat terhadap budaya negara yang sedang berkembang tidak terhindarkan. Indonesia menjadi salah satu negara yang menjadi sasaran budaya barat tersebut.[6]



BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut Koentjaraningrat (1996: 142) semua konsep yang kita perlukan untuk menganalisa proses-proses pergeseran masyarakat dan kebudayaan disebut sebagai dinamika social. Beberapa konsep tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Proses belajar kebudayaan sendiri, yang terdiri dari internalisasi, sosialisasi, dan enkulturasi;
2.  Evolusi kebudayaan dan difusi;
3.  Proses pengenalan unsur-unsur kebudayaan asing, yang meliputi akulturasi dan asimilasi;
4.  Proses pembauran atau inovasi atau penemuan baru.
B.  Saran
Pada proses pengenalan unsur-unsur kebudayaan asing, yang meliputi akulturasi dan asimilasi. Sebaiknya kita harus selektif dalam menerima setiap kebudayaan asing, sehingga kita dapat mengambil kebudayaan asing yang bernilai positif bagi perkembangan bangsa dan negara dan menolak setiap kebudayaan asing yang benilai negatif (seperti pergaulan bebas, hedonisme, dll) yang dapat merusak moral bangsa dan negara.













DAFTAR PUSTAKA
Koentjaraningrat. 1996. Kebudayaan Mentalis dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Koentjaraningrat. 1990.Pengantar Ilmu Sosiologi. Jakarta: Rineka Cipta.




[1] Koentjaraningrat., Pengantar Ilmu Sosiologi, ( Jakarta: Rineka Cipta, 1990), hlm. 28.

[3] Koentjaraningrat, op.,cit, hlm.30.

[4] Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalis dan Pembangunan, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996), hlm. 47.

[5]Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalis dan Pembangunan. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996), hlm. 14.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar